Pekanbaru — Universitas Riau (UNRI) mengambil langkah inovatif dalam meningkatkan pemerataan pendidikan tinggi dengan meluncurkan program kuliah hybrid yang menyasar mahasiswa dari daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Program ini mulai diberlakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2025/2026 dan menjadi pionir di antara perguruan tinggi negeri di Sumatera.
Rektor UNRI, Prof. Dr. Aras Mulyadi, menyebutkan bahwa program ini bertujuan untuk menjembatani keterbatasan akses fisik mahasiswa ke kampus tanpa mengurangi kualitas pembelajaran.
“Dengan model perkuliahan tatap muka yang dikombinasikan dengan daring sinkron dan asinkron, mahasiswa dari wilayah 3T tetap bisa belajar bersama mahasiswa reguler,” ujar Prof. Aras dalam konferensi pers, Senin (26/5).
Tanggapan Positif dari Mahasiswa dan Dosen
Mahasiswa dari Indragiri Hilir hingga Kepulauan Meranti menyambut positif inisiatif ini. Bagi mereka, biaya transportasi yang mahal dan keterbatasan jaringan tidak lagi menjadi penghalang utama.
Selain itu, para dosen juga telah menjalani pelatihan penggunaan Learning Management System (LMS) terpadu yang dirancang khusus oleh tim IT UNRI. Kelas interaktif, tugas digital, dan video pembelajaran kini menjadi bagian integral dari sistem tersebut.
Mitra dan Dukungan Pemerintah
Program ini mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta kerja sama dengan Telkom Indonesia untuk memperkuat infrastruktur jaringan di daerah 3T.
“Ini adalah upaya nyata dalam mewujudkan transformasi pendidikan yang inklusif,” ungkap Dirjen Dikti Kemendikbudristek, Prof. Nizam.
UNRI menargetkan peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa dari daerah 3T sebesar 30% dalam dua tahun ke depan.